SURAT KEPADA KEPALA NEGARA

Diposkan oleh Hariru | Sunday, June 28, 2009 | | 0 Komentar »

Umar bin Abdul Azis, salah seorang kepala negara Dinasti Umaiyah, dikenal sangat jujur, adil, dan bertaqwa. Salah satu jasanya adalah membatalkan pengutukan terhadap Ali bin Abu Thalib di atas mimbar-mimbar jumat yang ditetapkan oleh penguasa sebelum beliau, dan menggantikannya dengan memerintahkan membaca firman Allah SWT pada akhir setiap jumat. “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q;S:16;90).
Beberapa saat setelah pengangkatannya sebagai kepala negara, Umar bin Abdul Aziz menyurati Al-Hasan, putra Al-Hasan Al-Bushari, mengharapkan kiranya ulama besar itu menyampaikan pesannya kepadanya.
Memenuhi permintaan tersebut, ulama itu menulis antara lain sebagai berikut :
“Ketahuilah wahai Amirul Muminin, Allah SWT menjadikan imam (kepala negara), sebagai penegak segala yang rubuh, pelurus segala yang bengkok, pelaku perbaikan segala yang rusak, kekuatan (bagi) semua yang lemah, keadilan bagi yang teraniaya, serta tempat berlindung (bagi) semua yang takut.
“Kepala negara yang adil, wahai Amirul Muminin, bagaikan penggembala yang sangat kasih terhadap gembalaannya lagi sayang kepadanya. Dia mengantarkan ke tempat rerumputan yang terbaik, menghindarkannya dari jurang yang menjerumuskan, melindunginya dari binatang buas, serta membawanya jauh dari sengatan panas dan dingin.
“Pemimpin yang adil, wahai Amirul Muminin, bagaikan ayah yang sangat kasih terhadap anaknya, bersusah payah untuk mereka diwaktu kecilnya, dan tidak berhenti mengajarnya hingga dewasa. Dia bekerja untuk kepentingan anak-anaknya salama hayat dikandung badan, sambil menabung untuk mereka gunakan setelah kematiannya.
“Kepala negara yang adil, wahai Amirul Muminin, seperti ibu yang sangat lamah lembut terhadap buah matanya. Anak dikandungnya dalam keadaan letih dan dilahirkannya dalam keadaan sulit. Sejak kecil ibu memeliharanya, menahan kantuk bila anaknya tidak tidur, sekali dibelainya dengan menyusukannya, dan dikali yang lain disapihnya dengan berat hati. Dia bergembira memandang kebugarannya, dan bersedih mendengar keluhannya.
“Kepala negara yang adil, wahai Amirul Muminin, adalah pemelihara anak-anak yatim, dan andalan tempat meminta orang-orang miskin. Dia mendidik mereka diwaktu kecil dan membekali mereka diwaktu besar.
“Kepala negara yang adil, wahai Amirul Muminin, bagaikan kalbu di tengah anggota badan. Tubuh menjadi baik dengan baiknya kalbu dan menjadi buruk dengan buruknya kalbu. Masyarakat menjadi baik dengan baiknya penguasa, dan menjadi buruk karena kebejatannya.
“Kepala negara yang adil, wahai Amirul Muminin, adalah (penguasa) yang tampil di antara Tuhan dengan hamba-hamba-Nya. Dia mendengar firman-Nya dan memperdengarkannya dengan mereka. Dia “melihat” Allah dan “memperlihatkannya” kepada mereka. Dia tunduk kepada Allah dan menundukan mereka kepada Allah.
“Oleh karena itu wahai Amirul Muminin, janganlah anda – dalam hal yang dianugerahkan Allah kepada anda – menjadi seperti orang yang diamanatkan oleh tuannya, keluarga dan hartanya agar dipelihara, tetapi dia menghamburkan uang dan menelantarkan keluarga sehingga akhirnya keluarga menjadi miskin dan harta hilang terpencar.
“Ketahuilah, wahai Amirul Muminin, bahwa Allah SWT menetapkan sanksi dengan tujuan menghindarkan manusia dari dosa dan keburukan. Maka, sungguh, bagaimana jadinya jika yang diserahi mengurus manusia melakukan dosa dan keburukan? Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menetapkan qishash dengan tujuan memelihara hidup manusia. Maka bagaimana jadinya jika yang berwenang manjatuhkan qishash, justru dia yang menghilangkan hidup manusia?.
”Ingatlah wahai Amirul Muminin, akan kematian dan apa yang ada sesudah kematian! sungguh kelak akan sedikit pengikut Anda, dan sungguh, ketika itu, akan lemah pendukung-pendukung Anda. Maka, berbekallah sejak dini menghadapi hari esok yang menakutkan itu.
“Ketahuilah wahai Amirul Muminin, bahwa kelak Anda akan mendapatkan tempat bukan seperti yang Anda tempati sekarang. Akan lama Anda berada di sana. Ketika itu, Anda akan ditinggalkan oleh semua kekasih. Mereka akan meninggalkan Anda di suatu liang yang dalam, sendirian tanpa teman. Oleh karena itu, berbekallah dengan yang dapat menemani Anda di sana.
“Jangan sekali-kali Anda diperdaya oleh orang-orang yang meraih kenikmatan melalui kekuasaan yang Anda miliki, yang mengakibatkan Anda kelak menderita kesengsaraan. Mereka itu menikmati dunia mereka atas biaya hilangnya kenikmatan Anda di akhirat. Jangan juga mata Anda tertuju kepada kekuasaan yang Anda miliki dewasa ini, tetapi arahkanlah pandangan ke hari esok, ketika Anda terbelenggu oleh belenggu kematian, berdiri menghadap Allah di arena dimana para malaikat, para nabi dan rasul, Tunduk semua wajah dengan rendah hati kepada Tuhan Yang Hidup kelak lagi senantiasa mengurus mahluk-Nya (Q;S:20;111).



Artikel Terkait:

0 Komentar

Post a Comment