Pemerintah Kabupaten Wakatobi bekerjasama dengan SET Film Workshop dan organisasi konservasi WWF-Indonesia telah meresmikan dimulainya proses produksi film “The Mirror Never Lies”.

Mengambil setting di Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, film drama keluarga besutan sutradara muda Kamila Andini tersebut berkisah tentang seorang anak remaja suku Bajo bernama Pakis. Ia berjuang menemukan jati dirinya di tengah berbagai persoalan hidup yang dihadapi
oleh keluarganya dan oleh masyarakat Suku Bajo saat ini, sebuah masyarakat yang seluruh eksistensinya bersandar pada kehidupan laut, yang terancam oleh dampak pemanasan global. Film yang dibintangi Atiqah Hasiholan dan Reza Rahadian ini dikemas dalam tersebut adalah sebuah pendekatan metafora untuk meningkatkan kecintaan publik terhadap laut Indonesia dengan segenap sumber daya alamnya sekaligus juga memupuk kesadaran publik akan pentingnya kelestarian lingkungan perairan laut, khususnya kekayaan alam Wakatobi, salah satu situs penting dunia di Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle).
Menurut Bupati Wakatobi Ir. Hugua, keterlibatan Pemkab Wakatobi dalam produksi “The Mirror Never Lies” merupakan salah satu upaya menguatkan konservasi di Wakatobi sekaligus juga mempromosikannya sebagai daerah tujuan ekowisata laut dan pusat penelitian bawah laut.
“Saat ini Wakatobi telah menjadi laboratorium bawah laut untuk penelitian biota laut. Kepulauan ini adalah pusat segitiga terumbu karang dunia dimana terdapat 750 spesies karang dan 942 spesies ikan khas yang perlu dijaga kelestariannya. Kita semua, khususnya Pemkab Wakatobi, bertanggung jawab menjaganya. Dengan adanya film ini, saya harapkan semakin banyak lagi pihak yang peduli serta membantu upaya konservasi di Wakatobi,” imbuhnya.
Sineas Garin Nugroho selaku produser “The Mirror Never Lies” memaparkan bahwa film tersebut mengintegrasikan aspek ekologi, edukasi, wisata, dan budaya.
“Aspek ekologi direpresentasikan melalui potret keanekaragaman hayati laut Wakatobi yang sangat mendominasi bahasa visual film ini. Sementara, aspek edukasi dan budaya bisa dilhat dari kehidupan Suku Bajo dan bagaimana mereka memperlakukan alamnya sesuai dengan kearifan lokal yang sudah mengakar sejak zaman nenek moyang mereka dulu. Terakhir, keindahan terumbu karang dan biota laut di perairan Wakatobi memperkuat pesan aspek wisata film ini,” jelasnya.
Direktur Eksekutif WWF-Indonesia Efransjah memaparkan bahwa Wakatobi menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia dan merupakan bagian terpenting jaringan Kawasan Perlindungan Laut sepanjang pesisir Tenggara Sulawesi. Bahkan sejak akhir tahun 2002, WWF telah berkolaborasi dalam suatu bentuk kemitraan dengan The Nature Conservancy (TNC) untuk mendorong pengelolaan Taman Nasional Wakatobi secara berkelanjutan.
“Terumbu karang di wilayah Wakatobi tergolong paling lestari di antara wilayah segitiga terumbu karang dunia. Akan tetapi, akhir-akhir ini peningkatan suhu laut mengakibatkan terumbu karang Wakatobi terserang pemutihan. Harapan kita semua, media ini dapat membantu menyampaikan pentingnya konservasi kawasan terumbu karang dalam mengantisipasi dampak pemanasan global. Sudah saatnya semua pihak ikut berkontribusi sesuai perannya masing-masing dalam upaya konservasi lingkungan perairan laut,” tambahnya.
Proses shooting di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara akan dimulai pada akhir September hingga akhir Oktober 2010. The Mirror Never Lies direncanakan diluncurkan pada bulan April 2011, berdekatan dengan Hari Bumi. Seluruh keuntungan yang didapatkan dari film ini akan diperuntukkan bagi aktivitas konservasi lingkungan perairan laut di Wakatobi.

www.wwf.or.id



Artikel Terkait:

0 Komentar

Post a Comment