Wakatobi-Genjot Industri Pariwisata

Diposkan oleh Hariru | Saturday, June 20, 2009 | | 0 Komentar »


WANGIWANGI- Wakatobi yang sering disebut kepulauan tukang besi dengan sektor andalan industri pariwisata terus digenjot Pemerintah Kabupaten Wakatobi. Karena 97 persen wilayah tersebut berupa laut, sisanya tiga persen daratan yang memiliki potensi besar dalam pengembangan Pariwisata Bahari dan Pariwisata Budaya.

”Maka dengan konsep Wakatobi ecotourism sebagai sektor unggulan yang dapat mendongkrak sektor ekonomi daerah dan mengangkat citra Indonesia di dunia International. Ecotourism adalah Pariwisata yang berkelanjutan secara ekologis, fokus utamanya pengalaman daerah alami, meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap lingkungan, apresiasi serta konservasi terhadap lingkungan dan budaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal,” beber Kadis Pariwisata Wakatobi, Drs Hasirun Adi Msi, di gedung Darma Wanita Wangiwangi, Rabu (17/6) lalu.



Orang nomor satu di industri pariwisata itu, menjelaskan Wakatobi Ecotourism merupakan sistem pengelolaan pariwisata di Kabupaten Wakatobi yang berlandaskan prinsip-prinsip ecotourism atau pariwisata yang menganut prinsip-prinsip ekologi lingkungan. Sehingga depalan prinsip Wakatobi Ecotourism, yakni memiliki fokus ‘natural area’ (natural area focus) memungkinkan wisatawan memiliki peluang untuk menikmati alam secara personal. Kedua, menyediakan penapsiran (interpretation) atau jasa pendidikan yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam agar mereka lebih mengerti, mampu berapresiasi lebih nikmat. Ketiga, Kegiatan yang terbaik dapat dilakukan dalam rangka berlanjut secara ekologis (ecological sustainability practices/environmental sustainability practice).

Memberikan kontribusi terhadap konservasi (contribute to conservation) alam dan warisan budaya. Kelima, memberikan kontribusi secara terus menerus terhadap masyarakat lokal (contributions to the local community/benefiting local communities). Keenam, respek serta peka terhadap nilai-nilai budaya (respect and be sensitive to the culture/s) yang ada di Kabupaten Wakatobi. Ketujuh, secara konsisten memenuhi harapan konsumen (meet consumer expectations/consumer satisfaction). Terakhir, memasarkan dan mempromosikan sejujurnya dengan akurat, sehingga kenyataannya sesuai dengan harapan (responsible marketing).

Hasirun menambahkan, ecotourism baik pada jenis Marine Ecotourism (Ekowisata Bahari), Nature Ecotourism (Ekowisata Alam) maupun Culture Ecotourism (Ekowisata Budaya) dapat memberikan multiplier effect terhadap kemajuan suatu kawasan. potensi Pariwisata Bahari Wakatobi, yakni 750 Sp terumbu karang (terbanyak di dunia), 942 Sp Ikan, 90 ha terumbu karang, Kaledupa Atol (48 km) terpanjang di dunia, 39 pulau, berfungsi sebagai magnet sekaligus motor penggerak konservasi.

Selain itu, potensi pariwisata budaya, antara lain 12 benteng bekas kesultanan Buton, tiga masjid tua, yang didukung anekaragam tradisi dan kesenian daerah. Strategi pengembangan Pariwisata Budaya ini, disamping berfungsi pelestarian nilai-nilai budaya, juga sebagai penggerak karakter masyarakat terhadap upaya-upaya konservasi kawasan lingkugan. Apalagi di era globalisasi sekarang ini, pola pikir moderen relatif sangat dibutuhkan, untuk mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah.

Menurut Hasirun, manusia moderen cenderung memiliki diversifikasi kepentingan dan budaya yang kompleks. Sehingga mesti ada penyesuaian secara bijak, agar tidak menimbulkan benturan kepentingan. Kemudian, pemberdayaan penduduk lokal (Base on Community) diharapkan dapat mengangkat kearifan lokal yang sudah tertanam di masyarakat dalam mengantisipasi era globalisasi.

“Harus menjadi catatan kita, Indonesia belum masuk dalam peta wisata bahari dunia. Sehingga Wakatobi harus keluar dari masalah enam ini, yakni Kebijakan Pemerintah Pusat, Facilities dan Utilities, Comprehensivness,” tegas Hasirun.

Dia menegaskan, kegiatan mass tourism dapat memberikan manfaat ekonomi yang cukup signifikan. Sehingga kesiapan masyarakat, merupakan modal sosial dalam pengembangan wisata bahari lingkar luar. Karena pintu masuk Indonesia (Singapura)– Rupat–Belawan–Sabang–Banyak–Nias–Mentawai–Enggano–Krakatau–Pelabuhan Ratu–Pangandaran–Cilacap–Sendang Biru–Bali–Lombok–Komodo–Rote-Kupang-Wetar–Keluar Indonesia (Darwin).

Dikatakan, sementara jalur pengembangan wisata bahari lingkar dalam, yaitu masuk Indonesia (Singapura)–Batam–Lingga –Bangka–Belitung–Kepulauan Seribu–Tanjung Priok–Tanjung Perak–Kangean–Wakatobi–Makassar–Derawan–Bunaken–Satal–Keluar Indonesia (Davao) Philipin. Jalur pengembangan wisata bahari Kalimantan, merupakan pintu masuk Indonesia melalui Kepulauan Natuna–Karimata–Ketapang–Tanjung Puting–Kumai–Banjarmasin–Batulicin–Balikpapan–Derawan–Tarakan–Keluar Indonesia. Adapun Jalur pengembangan wisata bahari Sulawesi–Papua-Makssar–Takabonerate–Wakatobi–Banggai–Togean–Bunaken–Ternate–Tidore–Ambon–Raja Ampat–Biak–Jayapura–Keluar Indonesia.

Hasirun mengigatkan, Wakatobi berupaya masuk jalur pengembangan wisata bahari band, masuk Indonesia (Darwin)–Banda–Ambon–Saumlaki–Keluar Indonesia (Darwin). Perencanaan pariwisata ini, merupakan sistem pengelolaan yang baik, terencana dan terpadu yang didukung semua lapisan masyarakat. Apabila pengelolaan yang inkonsisten, dapat menyebabkan terjadinya pergeseran nilai sosial, estetika, ekonomi, budaya dan lingkungan yang merugikan daerah.

Sumber : http://www.radarbuton.com



Artikel Terkait:

0 Komentar

Post a Comment