Mbah Marijan-"Selamat Jalan Sang Juru Kunci"

Diposkan oleh Hariru | Thursday, October 28, 2010 | | 0 Komentar »




Mbah Maridjan atau Raden Ngabehi Surakso Hargo, nama asli : Mas Penewu Surakso Hargo, lahir di Dukuh Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, 1927. Ia dikenal sebagai Juru Kunci Guanung Merapi. Namun belakangan diketahui bahwa, Mbah Maridjan bukanlah seorang Juru Kunji Gunung Merapi melainkan Juru Kunci Keraton untuk sebuah upacara di Gunung Merapi (Sri Sultan Hamengku Buwono X).


Mbah Maridjan, namanya mulai terkenal pada tahun 2006, saat Gunung Merapi memperlihatkan tanda-tanda erupsi. Kala itu, ia bersama beberapa warga Kinahrejo Kecamatan Cangkringan Sleman yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III menolak untuk di evakuasi. Padahal saat itu, Gunung Merapi sudah masuk tataran Awas. Bahkan, ketika Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta dia untuk turun gunung, ia tetap bersikukuh untuk tetap tinggal, karena menurut dia, Gunung Merapi tidak akan meledak seperti yang diperkirakan oleh para ahli. "Jika Sultan meminta warga turun, berarti itu yang bicara bukan Sultan, melainkan Gubernur," ujar Mbah Marijan kala itu. Beruntung, erupsi Gunung Merapi tidak segawat yang diperkirakan para ahli, sehingga kekukuhan Mbah Maridjan bahwa Merapi tidak berbahaya menjadi benar.


Namanya terus melambung, kemudian beliau menjadi bintang iklan sebuah minuman berenergi. Uang pun mengalir deras ke kantongnya, tapi uang yang didapatnya dari beriklan itu tidak dinikmatinya sendiri, melainkan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Di daerah Kinahrejo, ia membangun masjid serta gereja. Warga di sana pun diminta beribadah sesuai keyakinan. Selain itu, Mbah Maridjan acap kali menyalurkan beras dan sembako kepada warga yang membutuhkan.

Pada tanggal 26 Oktober 2010, pukul 17.02 hingga 17.34 WIP, Gunung Merapi meletus lagi dan mengeluarkan semburan awan  panas secara terus menerus. Sebanyak 5.999 warga dari lereng gunung diungsikan, tetapi ada satu orang ternyata tidak ikut mengungsi. Mbah Maridjan tidak ada di-antara 5.999 warga tersebut.


Pada tanggal 27 Oktober 2010, sesosok mayat ditemukan dalam keadaan sujud. Ya, itulah sosok Mbah Marijan yang meninggal dalam keadaan Sujud di rumahnya di Dusun Kinahrejo. Jenajah Mbah Maridjan dimakamkan di Pemakaman Umum Srunen, Glagahrejo, Cangkringan, Sleman, Jawa Tengah, Kamis (28/10) siang.
Mbah Maridjan meninggalkan empat orang anak, yakni Mbah Ajungan, Raden Ayu Surjuna, Raden Ayu Murjana, dan Raden Mas Kumambang.

sumber : berbagai seumber



Artikel Terkait:

0 Komentar

Post a Comment