3 Alasan Bocornya Dokumen Rahasia AS di Wikileaks

Diposkan oleh Hariru | Sunday, December 05, 2010 | | 0 Komentar »

Dunia kembali dihebohkan dengan bocoran sekitar 250.000 dokumen rahasia lewat situs Wikileaks pada hari Minggu (28/11/2010). Dokumen itu berisi kawat-kawat diplomatik rahasia antara 274 kedutaan serta konsulat AS di mancanegara di satu pihak dan Kementerian Luar Negeri serta Departemen Pertahanan AS di Washington di pihak lain.

Sebelumnya pada bulan Juli lalu, situs Wikileaks membocorkan sekitar 90.000 dokumen rahasia tentang perang di Afganistan dan pada bulan Oktober lalu dibocorkan pula ribuan dokumen rahasia tentang perang Irak.

Situs Wikileaks seperti mendapat amunisi baru. Pengelola situs tetap bertekad merilis ribuan dokumen rahasia AS itu. Pengelola mendapat dukungan dari lima media besar dunia, yaitu The New York Times, The Guardian, Le Monde, Der Spiegel, dan El Pais. Media-media tersebut mengerahkan 120 wartawan untuk menganalisis dokumen rahasia tersebut.

Menlu Italia Franco Frattini menyebut bocoran baru dokumen rahasia oleh situs Wikileaks itu sebagai serangan 11 September di bidang diplomasi. Ada pula yang menyebut sebagai tsunami dalam dunia diplomasi dan jurnalisme.

Majalah Jerman Der Spiegel menyebut, jejaring secret internet protocol router network (SIPRN) pada sistem komunikasi rahasia menjadi biang bocornya ratusan ribu dokumen rahasia itu. Jejaring ini digunakan Departemen Luar Negeri AS dan Departemen Pertahanan AS.

1. Buruknya Kinerja Intelijen
Sesungguhnya kasus bocoran dokumen rahasia AS itu tak terlepas dari buruknya sistem kinerja institusi intelijen AS yang dibangun pasca-11 September 2001.

Sejumlah dinas intelijen AS gagal mencegah peristiwa serangan teroris 11 September 2001. Setelah itu muncul problem dalam tukar-menukar informasi. Koordinasi antara pelbagai dinas intelijen AS juga semakin kacau. Semua ini membuat AS terus berusaha memperbaiki sistem kinerja intelijennya.

Perbaikan itu dilakukan dengan cara meningkatkan perlindungan terhadap sistem keamanan jaringan elektroniknya. Upaya ini dilakukan melalui uji coba secara rutin. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana kesiapan jaringan mereka mampu menghadapi segala bentuk bahaya, termasuk penyusupan dan kebocoran.

AS membentuk sistem jejaring internet Intellipedia pada 6 April 2006. Tujuannya adalah untuk melakukan perubahan mendasar dalam budaya kinerja berbagai dinas intelijen. Seiring dengan itu, juga diterapkan sistem kinerja komprehensif. Dengan cara ini berbagai dinas intelijen dan para pegawai bisa melakukan tukar-menukar informasi dengan mudah dan cepat.

Penerapan sistem jejaring internet intellipedia itu membuat terjadinya pergeseran signifikan dalam pola kinerja berbagai dinas intelijen AS. Pola kinerja itu berubah dari sebelumnya, di mana dinas intelijen hanya bertugas mengantisipasi bahaya dan cara menghadapinya. Kini pola kerja itu memasukkan unsur preventif. Dengan pola baru ini titik lemah dalam sistem informasi yang diterapkan AS itu tak akan terlacak.
Maka, AS mendirikan situs rahasia yang menyerupai sistem jejaring My Space dan Facebook untuk sarana tukar-menukar informasi antara berbagai dinas intelijennya itu.

Pada 22 September 2008, AS meluncurkan situs intelijen yang diberi nama ”A-Space”. Situs ini dilengkapi dengan sistem pengamanan dari kemungkinan aksi penyusupan. Situs baru tersebut kini digunakan semua dinas intelijen AS saat mengirim laporan.

AS juga memiliki program Wikiscanner untuk sistem pemeriksaan sumber laporan yang dilakukan oleh pakar Wikipedia dari dinas intelijen AS. Para pakar Wikipedia tersebut menyeleksi secara ketat laporan dari mancanegara yang bisa diedit. Para pakar juga memilih jenis laporan yang harus dibuang. Program Wikiscanner telah menghapus sekitar 5,3 juta laporan yang masuk ke berbagai dinas intelijen AS.
AS juga melakukan aksi rahasia dengan memasang situs dan alamat e-mail siluman. Hal ini bertujuan untuk mengecohkan jaringan teroris dan memecah-belah barisannya.

Pada Juni 2009, AS membentuk sistem komando militer untuk melindungi jaringan elektronik intelijen AS dari upaya penyusupan oleh negara atau lembaga non-negara, seperti kelompok teroris dan juga hacker perseorangan.

2. Kelemahan fatal
Seiring dengan itu, sistem baru itu memiliki kelemahan fatal. Institusi intelijen menjadi gemuk secara personel, anggaran, ataupun struktur lembaga. Dengan demikian, maka akan sulit mengontrol arus informasi yang mengalir begitu cepat.

AS mempekerjakan sebanyak 854.000 personel yang mengantongi izin untuk melakukan kegiatan intelijen. Kegiatan ini juga melibatkan 1.271 lembaga pemerintah dan 1.931 perusahaan swasta dalam bidang intelijen.
Mereka bekerja pada puluhan ribu situs jejaring di AS, 51 lembaga federal, dan pusat-pusat komando militer pada 15 kota di AS.

Dinas intelijen luar dan dalam negeri sedikitnya menyampaikan 50.000 laporan intelijen setiap tahun. Laporan ini meliputi analisis terhadap dokumen, percakapan, dan kawat diplomatik.

Jumlah personel dinas intelijen pada Departemen Pertahanan AS juga bertambah dari hanya 7.500 personel pada 2002 menjadi 16.500 personel saat ini. Satuan anti-teroris yang berada di bawah FBI bertambah dari 35 satuan menjadi 106 satuan. 

Institusi intelijen AS yang gemuk itu memang sengaja dirancang untuk menghadapi peningkatan ancaman terhadap kepentingan AS di luar negeri, terutama setelah terseok-seoknya operasi militer AS di Irak dan Afganistan. Hal itu mendorong AS membangun pula jaringan agen atau kaki tangan di luar negeri. Semua jaringan agen AS itu tidak berada di bawah satu komando sehingga sulit untuk mengontrolnya.

Bersamaan dengan itu pula, ancaman teroris di dalam negeri AS juga terus meningkat. Ancaman ini datang dan dilakukan oleh kaum imigran yang kini berkewarganegaraan AS. Kaum ini membentuk sel-sel tidur. Hal ini menjadi tantangan serius bagi institusi intelijen AS.

AS menggunakan jejaring internet dalam aktivitas intelijennya. Jaringan ini menjadi sarana tukar-menukar informasi antara berbagai dinas intelijennya. Jaringan ini juga menjadi jalur komunikasi antara AS dan negara-negara sahabat. Jaringan serupa juga dipakai untuk merekrut agen intelijen.
Semua ini justru membuka jalan baru dan mudah bagi para hacker untuk menyusup atau mencuri informasi.

3. Banyak pendukung 
Dalam konteks itu, muncul situs Wikileaks yang diluncurkan secara resmi pada tahun 2007 oleh hacker asal Australia, Julian Assange (39), dengan mengambil basis di Swedia.

Situs Wikileaks didukung banyak organisasi nonpemerintah. Dukungan diberi karena mereka mengusung prinsip hak untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan tukar-menukar informasi. Keinginan ini didukung dengan hasrat agar identitas sumber tak terlacak dan sang sumber berita itu tidak terancam bahaya.

Situs Wikileaks bermula sebagai forum dialog di jejaring internet antara para aktivis dari mancanegara. Forum ini didasarkan pada prinsip saling menghormati dan tujuan lain adalah penegakan hak asasi manusia.

Para aktivis itu berkeyakinan bahwa jalan terbaik untuk menghentikan pelanggaran adalah dengan mengungkap pelanggaran itu sendiri ke permukaan. Mereka ingin menggiring perhatian publik ke arah pelanggaran tersebut serta mendorong para pegawai pemerintah di mancanegara membocorkan bukti-bukti tentang praktik kezaliman dan ketimpangan.

Keberhasilan situs Wikileaks memublikasikan dokumen resmi negara sangat rahasia itu membuat situs tersebut meraih popularitas secara cepat. Keberhasilan Wikileaks itu juga tak terlepas dari dukungan sekitar 800 sukarelawan dan puluhan ribu simpatisan. 

Situs Wikileaks tidak memiliki muatan politis dalam melaksanakan misinya. Obsesi situs tersebut hanya semata-mata mengungkap kebenaran atau menampilkan sebuah realitas yang buruk.
Namun, dampak politik dari aksi situs Wikileaks itu akan pasti signifikan. Sikap politik hakiki terburuk dari para pemimpin di berbagai belahan bumi ini tampak sudah terang benderang alias tidak ada rahasia lagi berkat bocoran dari situs Wikileaks.

Dulu muncul jargon, dunia baru muncul pasca-11 September 2001 dan kini lahir dunia era pasca-bocornya ribuan dokumen rahasia oleh situs Wikileaks.

Para pengambil keputusan baik samar-samar maupun terang-terangan akan menyusun strategi baru soal kebijakan diplomasi di negaranya dengan bersandar pada bocoran dokumen rahasia situs Wikileaks itu.

sumber : kompas.com



Artikel Terkait:

0 Komentar

Post a Comment